FILSAFAT RINDU

Filsafat Rindu
Oleh: Lilis Andarwati

Setiap insan yang bernyawa nan normal pasti pernah merasakan rindu, sekecil apapun nilai kerinduan itu.

Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan rindu?

Rindu merupakan sebagai sebuah rasa ingin bertemu atau sebuah kebutuhan akan kehadiran yang dinanti. Pendifinisan ini mungkin terlalu sempit bagi sebagian orang. Biarlah, hal ini sudah cukup mewakili apa yang ada di akhir-akhir ini.

Rindu itu tidak lah harus kepada seorang kekasih, tidaklah hanya kepada lawan jenis, tetapi juga bisa kepada siapapun, termasuk Tuhan, Nabi, Surga, Pemimpin, orang tua, Kyai, saudara, teman, guru, anak, siswa atau siapapun juga. Bahkan, rindu dapat pula dirasakan terhadap sesuatu yang immateril tak kasat mata, seperti rindu akan kebaikan, rindu akan keadilan, rindu akan ketenangan, rindu akan kebahagiaan, rindu akan kemesraan, rindu akan kebersamaan, rindu akan kebijaksanaan, rindu akan pelukan, rindu akan kasih sayang, rindu akan refreshing, rindu akan makanan dan lain sebagainya.

Bukan masalah, rindu bisa diartikan dengan apapun yang pasti rindu datangnya dari hati yang kemudian dirasa pula dalam hati yang selanjutnya bertumpuk di angan otak fikiran dan akhirya menyatu menjadi satu dalam doa dengan berharap adanya perwujudan pertemuan kerinduan tersebut.

Selanjutnya, darimana datangnya rindu?

Bermula dari Cinta

Rindu, sebagaimana yang dirasakan banyak orang , selalu berawal dari cinta. Dalam keyakinan ini, cinta selalu lahir terlebih dahulu, baru kemudian rindu lah yang mengikutinya. 

Cinta adalah induk dari rindu, atau rindu merupakan turunan dari cinta, meski pada akhirnya, keduanya akan menjadi satu kesatuan rasa.

Ruang cinta, adalah lebih luas daripada rindu. Rindu hanya merupakan bagian dari cinta. Namun, sebuah cinta tidak akan lengkap jika tidak diiringi dengan rindu.

Dipisahkan oleh Jarak dan Waktu

Rindu adalah perasaan ingin bertemu, walau pertemuan itu hanya dalam sebuah mimpi, hanya dalam hitungan detik. Rasa ingin bertemu muncul dari terpisahnya seseorang dari orang yang ingin ditemuinya. Ini berarti ada jarak yang memisahkan keduanya. Entah, jarak Kilo Meter yang sukar ditempuh atau bahkan hingga ribuan kilometer. Sedangkan waktu berbicara mengenai ukuran berapa lama seseorang itu tidak bertemu dengan orang yang ingin ditemuinya.

Jika dianalogikan dengan reaksi kimia pada ruang tertutup, cinta dibaratkan sebagai pereaktor, rindu merupakan hasil reaksi, jarak dan waktu merupakan katalisnya, sementara ruang tertutup merupakan sebuah jalinan hubungan (bisa jadibdalam bentuk pernikahan).

Jika dianalogikan dengan ilmu tajwid, cinta itu ibarat Qori'/Qori'ahnya, rindu merupakan hasil qiro'ah yang dibacanya dengan alunan suara indah disertai ketepatan tajwid, sementara sound sistem merupakan sebuah jalinan kasih halal. 

Semakin jauh jarak seseorang dan semakin lama waktu memisahkan, maka semakin cepat pula reaksi cinta untuk menghasilkan rasa rindu. Jika rasa cinta itu bertambah, maka dengan sendirinya kekuatan rindu itu bertambah pula. Sebaliknya, jika rindu bertambah, maka secara otomatis bertambah pula rasa cinta seseorang. Pada akhirnya, keduanya akan mencapai titik keseimbangan tertentu yang dinamakan dengan “kesabaran dan keridloan”. Begitulah prinsip keseimbangan reaksi antara cinta dan rindu.

Kesabaran dan keridloan serta doa

Obat dari rindu tentu saja adalah pertemuan. Tapi, apa daya jika pertemuan tersebut sulit untuk terlaksana? Kesabaran adalah pilihan bijak. Kemudian keridloan adalah keihklasan hati untuk menunda pertemuan. Selanjutnya bisikan-bisikan doa kepada yang dirinduinya.

Kesabaran merupakan titik tertentu dimana antara cinta dan rindu mencapai sebuah kesetimbangan. Itu lah puncak dari reaksi cinta dan rindu yang paling bijak dan aman. Tanpanya, cinta dan rindu justru akan rusak, jalinan hubungan pun kemungkinan kandas ditengah jalan. Entah akibat emosi yang akan membawa pada nafsu birahi atau keterpaksaan yang membuat diri seseorang memiliki keegoan.

Mungkin, berkali-kali seseorang merasakan rindu yang sangat mendalam kepada seseorang dan pada akhirnya aku justru tunduk pada kesabaran dan keridloan itu. Hingga kemudian seseorang menyadari bahwa ternyata kesabaran itu lah yang menjadi puncak pergelutan hebat dalam hati sang Perindu yang disertai dengan keridloan hati yang ikhlas. Dan itulah yang tentunya harus mampu disyukuri oleh para perindu, sebab kerinduan yang para perindu rasakan selama ini bisa berpuncak kepada dua hal tersebut yakni kesabaran dan keridloan untuk menunda pertemuan sampai batas waktu ditentukan untuk saling bertemu.

Seringkali orang mendengar cerita dari rekan-rekan perihal hubungan seseorang dengan kekasih lain jenisnya. Banyak diantara mereka yang terpisahkan jarak dan waktu dan terbelenggu dalam kerinduan, tak mampu memuncaki kesabaran dan keridloan. Hasilnya, rindu yang seharusnya bisa menguatkan cinta, justru menjerat mereka dalam amarah dan buruk sangka hingga berakhir pada rusaknya hubungan mereka. Tak beda dengan hubungan cinta dalam rumah tangga. Cukup banyak diantara mereka yang memutuskan hubungan dengan alasan terpisahkan jarak. Mereka itu lah yang tidak mampu mencapai sebuah kesetimbangan bijak atas reaksi yang muncul dari dalam hatinya. Mereka itu lah yang tidak mampu memuncaki kesabaran dan keridloan.

Begitulah tentang rindu menurut penulis ini. Berawal dari cinta, berlangsung dalam sebuah ikatan tertutup, dikataliskan oleh jarak, ruang dan waktu, dan mencapai titik kesetimbangan dalam bentuk kesabaran dan keridloan yang disertai doa.

Bolehlah… Setiap orang boleh mendeskripsikan rindu dengan alur yang berbeda. Yang pasti, aku bahagia masih sering merasakan rindu, meski kebanyakan hanya berujung pada kesabaran dan keridloan. Sebagaimana saat ini yang aku rasakan.

Kesabaran dan keridloan, itulah puncak terbaik dari pergelutan cinta dan rindu, dengan segala reaksi yang terjadi padanya. Selamat menempuh rindu yang hakiki. Tulisan ditulis dalam keadaan rindu sedalam-dalamnya terhadap Tuhan dan Nabiku serta anak-anakku yang lama tak bertemu. Aku berdoa semoga tulisan berserakan ini bermanfaat bagi kita semua. Mohon maaf dan terima kasih. Wallohu a'lam bi As Showaab. 


Kedunglurah, Trenggalek, 23 Maret 2020 M









Komentar

  1. Saya rindu sekali dengan semua hal saat ini 😌, terima kasih bunda sudah menjelaskan tentang rindu dengan indah 💞

    BalasHapus
  2. Ya...begitulah kefahaman bunda tentang rindu anakku😉

    BalasHapus

Posting Komentar

2000

Postingan Populer