Kerendahhatian Seseorang

Kerendahhatian Seseorang
Oleh: Lilis Andarwati

Banyak orang nggumun (indonesia: heran, takjub), ketika Guru atau Kyai atau Dosen dekat dengan murid, santri atau mahasiswanya. Kadangkala seseringmungkin Guru menyuruh muridnya untuk ini, untuk itu, bikin ini, bikin itu, ngerjain ini, ngerjain itu dan perintah-perintah lainnya. Kyai juga begitu, sering memerintah santrinya melakukan A, melakukan B, kerjain ini, kerjain itu, hafalin doa ini, hafalin doa itu dan perintah-perintah lainnya, yang kadang tidak bisa dilogika dengan akal sehat. Begitu juga Dosen, menyuruh ini dan itu tanpa alasan tertentu.

Kita pernah alami hal seperti gak ya?. Pernah BeTe atau sempat berbisik dalam hati?. Atau bahkan sempat marah dengan membicarakan dengan teman lain?. Atau ada perasaan kurang suka?. Ehmm...saya kira jawabannya berbeda-beda.

Tentu kita punya rasa tersebut diatas, sebab kita adalah manusia, manusia tak luput akan kesalahan dan berlimang dosa. Sifat manusiawi bisa disembunyikan dari manusia lain, kadangpula juga tidak bisa disembunyikan. Ingat, walau sifat manusiawi tersebunyi dari intaian mata manusia, namun notulen paten dalam hidup kita, tidak akan salah menulisnya seperti yang dilakukan Malaikat Alloh swt. Rokib dan Atid. Kita benar-benar sadar akan hal itu sampai nanti mungkin.

Lalu apa yang harus kita lakukan dengan adanya macam-macam rasa hati yang mungkin pernah singgah dalam hati kita?. Rasa hati jelek, saya bilang. Sebab berbagai macam rasa tersebut sifatnya madloroti/membahayakan hati indah kita. Lalu, apakah tetap masih kita tumbuhkan dalam hati kita?. Sayang beribu sayang, jika mereka tetap hidup dalam hati kita. Bunuh, bunuhlah mereka sesegera mungkin.
Kembali ke permasalahan awal. Jika seorang Kyai/Guru/Dosen yang berlagak seperti statement diatas, itu merupakan Kyai/Guru/Dosen yang sangat sayang terhadap kita. Yang mana dalam Kitab Ta'lim Muta'allim dituliskan, jika seorang murid ingin ilmunya bermanfaat maka sebisa mungkin Guru harus dihormati, dituruti segala perintahnya dengan sabar dan ikhlas. Guru disini bermakna banyak, Guru sebagai Kyai, Guru sebagai Dosen. Semua orang yang memberikan ilmu pengetahuan baik agama maupun umum disebut juga Guru. 

Suatu cerita pada tahun 2002 silam mengisahkan perjalanan hidup seorang murid dengan penuh ketawadlu'annya terhadap Kyai dan Gurunya. Dan seorang Guru penuh dengan kasih sayang kepada siswinya serta kerendahatiannya terhadap segala yang dimilikinya. Waktu itu dia sedang duduk di bangku Madrasah Aliyah. Dia siswi aktif dan cukup berprestasi. Dia disayangi banyak Gurunya di sekolahan. Dan dia juga banyak disayangi oleh Kyainya. Bahkan teman lelakinya banyak yang menggadrunginya. Iya begitulah kisah sementaranya.

Guru yang menyayanginya seakan puteri sendiri, sang Guru selalu menyuruh dia untuk mengerjakan berbagai kebutuhannya, misalnya mengerjakan tugas yang bukan tugasnya, menuliskan jiplakan kitab ke dalam buku sang Guru, bahkan pernah sampai pada hal-hal yang diluar pemikiran siswi tersebut. Seperti dikasih uang koin lima ratus rupiah. Disuruh menyimpannya didalam dompet si siswi tersebut. Sang Guru-pun sering datang ke rumah siswi tersebut, untuk membicarakan perkembangan dan prestasi si siswi, sebagai laporan langsung kepada Orang Tua si siswi. Berulang kali seperti itu, hampir sebulan sekali sang Guru datang ke rumah siswi itu. 

Pernah suatu saat sang Guru jatuh sakit parah. Apa yang digumamkan dari mulut indahnya?. Nama siswi kesayangannya, dia menyuruh puterinya untuk memanggil siswi kesayangannya di Pesantren. Tak lama kemudian, siswi kesayangannya datang, menjenguk Sang Guru. Lalu, berbagai ucapan dan doa dilantunkan oleh Sang Guru untuk siswi tersebut. Keberkahan berlimpah ruah saat itu. Kemanfaatan ilmu terlihat jelas adanya. Keduanya saling menangis dan berdoa kepada Alloh swt atas kesembuhan Sang Guru. Setelah beberapa waktu kemudian, sembuhlah sang Guru dari sakitnya. Beraktifitas seperti biasanya. Mengajar siswa-siswinya di Sekolah. Memenuhi tugas birokrasi yang sang Guru emban, sebagai Kepala Madrasah Aliyah. Sangat berat beban dan tugasnya selama itu. Namun didalam wajah tampannya tidak terlihat sama sekali beban berat itu, sang Guru selalu berkata indah, bermuka manis,  bertindak halus dengan penuh kerendahhatian. Sang Guru menjadi Pengajar Bahasa Arab dan Kitab Kuning. Luar biasa kehidupan sang Guru.

Hal semacam itu berlangsung sampai 6 tahun, selama siswi itu duduk di bangku MA dan ditambah dibangku perkuliahan selama 3 tahun. Dan ketika kuliahpun, sang Guru masih tetap berkenan untuk menelepon, tanya kabar dan berdoa untuk kesuksesan si siswi. Bahkan sampai si siswi bertemu dengan jodohnya. Sang Guru-lah yang mengijabkan dan mendoakan si siswi tersebut. Selang satu tahun kemudian setelah si siswi nikah, Sang Guru wafat dalam kondisi sakit berat. Si siswi menangis, tentu sangat kehilangan sesosok guru, Kyai tambatan hatinya, inspirasi dalam hidupnya. Namun si siswi sadar bahwa kehidupan manusia di dunia ini ada batasnya, sangatlah terbatas waktunya. Yang tak terbatas adalah tetap menjaga ketawadlu'an/kerendahhatian kepada sang Guru dan mendoakan Sang Guru di setiap waktu. Karena berharap nanti di Jannah-Nya bisa dikumpulkan kembali dengan orang-orang tercinta, dalam kenikmatan Alloh swt selama-lamanya. Semoga menginspirasi untuk semua. Teriring doa indah untuk Kyai-kyai kita, Guru-guru kita dan Dosen-dosen kita. Wallohu'alam bi ashsowaab

Komentar

Postingan Populer