Klasifikasi Ilmu Pengetahuan (Menurut Subyek dan Obyeknya)

KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN
(MENURUT SUBYEK DAN OBYEKNYA)

Oleh: Lilis Andarwati

A. PENGERTIAN ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN
     Islam adalah satu-satunya agama di dunia yang sangat (bahkan paling) empatik dalam mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, bahkan Al-Quran itu sendiri merupakan sumber ilmu dan sumber inspirasi berbagai disiplin ilmu pengetahuan sains dan teknologi. Betapa tidak, Al-Quran sendiri mengandung banyak konsep-konsep sains, ilmu pengetahuan dan teknologi serta pujian terhadap orang-orang yang berilmu. Dalam Q.S. Al-Mujadalah 58/11 Allah berfirman; 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖوَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚوَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”.
    Selain Al-Quran, Hadits-hadits Nabi juga sangat banyak yang mendorong dan menekankan, bahkan mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu. Sebagaimana sabda Beliau.

طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة (رواه ابن عبد البر(

“Menuntut ilmu itu suatu kewajiban kepada setiap muslim laki-laki dan perempuan”.
Hadits ini memberikan dorongan yang sangat kuat bagi kaum muslimin untuk belajar mencari ilmu sebanyak-banyaknya, baik ilmu-ilmu agama maupun ilmu-ilmu umum, karena suatu perintah kewajiban tentunya harus dilaksanakan, dan berdosa hukumnya jika tidak dikerjakan. Lebih lanjut Rasulullah saw. mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu sepanjang hayatnya, tanpa di batasi usia, ruang, waktu dan tempat sebagaimana sabdanya “Tuntutlah ilmu dari buayan sampai liang lahat)”. Dan “Tuntutlah ilmu sekalipun ke negeri Cina”. Dorongan dari al-Quran dan perintah dari Rasul tersebut telah diperaktekkan oleh generasi Islam pada masa abad pertengahan (abad ke 7-13 M). Hal ini terbukti dengan banyaknya ilmuwan-ilmuwan Muslim tampil kepentas dunia ilmu pengetahuan, sains dan teknologi, seperti Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Sina, Ikhwanusshafa, Ibn Maskawaih, Nasiruddin al-Thusi, Ibn rusyd, Imam al-Ghazali, Al-Biruni, Fakhrudin ar-Razy, Imam Hanafi, Imam Malik, Imam SyafiI, Imam Hambali dan lain-lain. Ilmu yang mereka kembangkan pun berbagai macam disiplin ilmu, bahkan meliputi segala cabang ilmu yang berkembang pada masa itu, antara lain: ilmu Filsafat, Astronomi, Fisika, Astrologi, Alkemi, Kedokteran, Optik, Farmasi, Tasawuf, Fiqih, ushul fiqh, Tafsir, Ilmu Kalam dan sebagainya. Pada masa itu kejayaan, kemakmuran, kekuasaan dan politik berada di bawah kendali umat Islam, karena mereka meguasai sains, ilmu pengetahuan dan teknologi. Rasululloh saw. pernah bersabda “Umatku akan jaya dengan ilmu dan harta”. Banyak lagi hadits-hadits Beliau yang memberikan anjuran dan motivasi kepada umatnya untuk belajar menuntut ilmu, namun dalam kesempatan ini tentunya tidak dapat disebutkan semuanya.
   Tidak dapat dipungkiri bahwa ilmu pengetahuan adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan yang diajarkan dalam kehidupan diharapkan dapat membantu manusia dalam menjalankan segala aktifitas dan perannya seperti halnya fungsi agama dalam kehidupan manusia.
        Meskipun demikian, selayaknya ilmu pengetahuan tidak terlepas dari ajaran agama dan dipisahkan dari ilmu agama itu sendiri. Islam adalah agama yang menjunjung ilmu pengetahuan dan begitu juga Ilmu pengetahuan memiliki interaksi dengan agama. Kemajuan zaman, teknologi dan arus informasi seakan memperlebar jarak antara ilmu pengetahuan dan agama.
     Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab علم, masdar dari عَـلِمَ — يَـعْـلَمُ yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa Inggris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge. ilm yang berarti pengetahuan dan kemudian arti tersebut berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Kata ilm itu sendiri diserap dalam bahasa Indonesia menjadi kata ilmu atau yang merujuk pada ilmu pengetahuan.
Secara istilah pengertian ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu.
       Dalam sudut pandang Islam, ilmu sendiri diartikan sebagai pengetahuan yang diperoleh berdasarkan ijtihad atau hasil pemikiran mendalam para ulama dan ilmuwan muslim yang didasarkan pada Al-quran dan hadits. Al-quran dan hadits adalah pedoman hidup manusia dan di dalamnya terdapat ilmu pengetahuan yang universal. Allah swt. bahkan menurunkan ayat pertama yang berbunyi “Bacalah” sedangkan kita mengetahui bahwa membaca adalah aktifitas utama dalam kegiatan ilmiah. Kata ilmu itu sendiri disebut sebanyak 105 kali dalam al-Qurān dan kata asalnya disebut sebanyak 744 kali.
     Dari pengertian di atas nampak bahwa ilmu memang mengandung arti pengetahuan, tapi pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun secara sistematis atau menurut Moh. Hatta (1954 : 5), “pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut ilmu”.
Pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Pendapat lain mengatakan, Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Epistomologi merupakan pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan (Theory of Knowledge).
Atau menurut Webster Third New International Dictionary mengartikan epistemologi sebagai “the study of methode and ground of knowledge, especially with reference to its limits and validity”. Epistemologi disebut juga logika, yaitu ilmu tentang pikiran. Akan tetapi logika dibedakan menjadi dua, yaitu logika minor dan logika mayor. Logika minor mempelajari struktur berpikir dan dalil-dalilnya, seperti silogisme. Logika mayor mempelajari hal pengetahuan, kebenaran dan kepastian yang sama dengan lingkup epistemologi. 
    Penulis menyimpulkan bahwa Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapat dari membaca ayat-ayat qouliyah Alloh swt. berupa Al-Quran dan sabda-sabda Nabiyulloh Muhammad saw berupa Al Hadits dan ayat kauniyah yang terbentang dalam alam semesta ini.

B. KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN (MENURUT SUBYEK DAN OBYEKNYA)
    Pada masa Nabi SAW. Ilmu belum berkembang seperti pada masa keemasan islam atau seperti sekarang ini, dan karena itu, belum ada klasifikasi dan pembidangan tertentu . Abad ke-8 hingga 12 merupakan zaman keemasan Islam, dimana umat Islam mengembangkan suatu kehausan yang amat besar terhadap ilmu. Suatu kerinduan terhadap ilmu yang tidak pernah ada sebelumnya dalam sejarah. Peradaban Islam ketika itu mencapai puncaknya, dan kaum muslim menjadi para pemimpin pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. 
        Namun demikian, menarik dicatat bahwa instruksi Nabi kepada para sahabatnya, terutama kepada juru tulisnya, untuk menulis (menyalin) Al Quran yang diterima dari Alloh melalui Malaikat Jibril, diperkuat ayat pertama yang turun yaitu: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu!”. (QS. Al Alaq (96):1) merupakan faktor pemicu dan pemacu lahir dan berkembangnya tradisi baca-tulis, sebagai ganti dari tradisi lisan (dengar-hafal; musyafahah) yang saat itu memang sangat berkembang. Tradisi baca dan tulis menulis merupakan cikal-bakal dinamika keilmuan dan tradisi intelektualisme dalam sejarah pendidikan islam. 
       Dari uraian tersebut, menarik digarisbawahi bahwa Al-Quran-lah yang menjadi faktor utama pemicu dan pemacu lahirnya ilmu-ilmu tradisional dalam islam, seperti ilmu bahasa, ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu kalam, ilmu fiqih dan lain sebagainya. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam islam berjalan seiring dengan kemajuan sosial-ekonomi dan politik umat islam. Kemudian muncul kodifikasi hadis yang diprakarsai bani Umayyah, Kholifah Umar Bin Abdul Azis.
     Menurut CA. Qadir, para pemikir Islam yang pertama —dengan mengikuti pendapat Aristoteles- mengklasifikasikan Ilmu ke dalam 3 bagian, yakni ilmu teoritis, praktis dan produktif. Alkindi merupakan filosof muslim pertama yang menyajikan klasifikasi seperti itu, yang kemudian diganti oleh Al Farabi (870-901 M) dalam bukunya Ishsha Al Ulum (daftar klasifikasi Ilmu). 
Menurut hemat penulis klasifikasi ilmu pengetahuan menurut subyek dan obyeknya. Menurut subyeknya antara lain Teoritis dan Praktis. Sedangkan menurut obyeknya antara lain universal/umum dan khusus.
Dari Sudut Pandang Subyektif, yakni; Nominalisme : Asumsi bahwa realitas sosial adalah relatif dan dunia sosial di luar individu terbuat dari sekedar nama, konsep, label, yang membantu seseorang untuk membayangkan suatu kenyataan.  Anti-positivisme : Mencari di dunia sosial yang relatif dan hanya bisa dimengerti dari sudut pandang individu.  Voluntarisme : Berpandangan bahwa seseorang berpikir secara otomatis dan bebas.  Ideografis : Berdasar pandangan bahwa seseorang membuat, mengubah, dan mengerti dunia dengan mencari ilmu dengan investigasi.
      Sedangkan dari Sudut Pandang Obyektif, yakni; Realisme : Asumsi bahwa dunia sosial di luar individu adalah dunia nyata yang terbentuk dari sesuatu yang keras, tidak berubah dan nyata.  Positivisme : Mencari penjelasan di dunia sosial dengan melihat segala aturan, parameter dan hubungan. Hal ini dapat dipahami dengan mengkotak-kotakkan suatu variabel tak terukur dan memberikan parameter ukuran pada variabel tersebut, kemudian membuat hubungan antar-variabel.  Determinisme : Berpandangan bahwa seseorang merupakan bagian yang diatur dan dipengaruhi oleh situasi dan lingkungan dimana ia berada.  Nomotetik : Berpandangan bahwa dengan menekankan pentingnya riset berprotokol dan sistematika yang baik untuk menganalisa hubungan dan keunikan antar elemen. Menggunakan tes kuantitatif seperti survey dan tes kepribadian.
Adapun klasifikasi ilmu pengetahuan menurut subyeknya dibagi menjadi dua kelompok: 
1) Teoritis
Teoritis sama saja dengan sistematis, yaitu memberikan pemikiran-pemikiran secara tersusun dan lengkap tentang masalah-masalah ilmu pengetahuan. Ilmu sistematis ini akan membahas semua permasalahan pokok dalam ilmu secara universal, abstrak dan objektif (pendapat langeveld).

a. Nomotetis
Nomoteis adalah ilmu yang menetapkan hukum-hukum yang universal berlaku, mempelajari obyeknya dalam keabstrakannya dan mencoba menemukan unsur-unsur yang selalu terdapat kembali dalam segala pernyataannya yang konkrit bilamana dan di mana saja. Nomotetis berpandangan bahwa dengan menekankan pentingnya riset berprotokol dan sistematika yang baik untuk menganalisa hubungan dan keunikan antar elemen. Menggunakan tes kuantitatif seperti survey dan tes kepribadian. Misalnya adalah ilmu alam (Natural Wissenschaft), ilmu kimia, sosiologi, ilmu hayat, ilmu alam, ilmu mineral, ilmu hewan, ilmu tumbuhan dan sebagianya.
b. Ideografis 
Ideografis (ide: cita-cita, grafis: lukisan); ilmu yang mempelajari obyeknya dalam kongkrit menurut tempat dan waktu tertentu, dengan sifat-sifatnya yang menyendiri (unik). Misalnya ilmu sejarah, etnografi (ilmu bangsa-bangsa), sosiologi dan sebagainya.

2) Praktis (applied science/ ilmu terapan)
Dalam wikipedia, Ilmu terapan adalah penerapan pengetahuan dari satu atau lebih bidang-bidang: matematika, fisika atau ilmu alam, ilmu kimia atau ilmu biologi untuk penyelesaian masalah praktis yang langsung mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari.
 Menurut Muhammad Fathurrohman, pengertian Praktis (applied science/ ilmu terapan) yaitu ilmu yang langsung ditujukan kepada pemakaian atau pengalaman pengetahuan itu, jadi menentukan bagaimanakah orang harus berbuat sesuatu, maka ini pun diperinci lebih lanjut yaitu :
a. Normatif, ilmu yang memesankan bagaimanakah kita harus berbuat, membebankan kewajiban-kewajiban dan larangan-larangan misalnya: etika (filsafat kesusilaan/filsafat moral), filsafat agama, ilmu jiwa agama dan sebagainya.
b. Positif, (applied dalam arti sempit) yaitu ilmuyang mengatakan bagaimanakah orang harus berbuat sesuatu , mencapai hasil tertentu. Misalnya adalah ilmu pertanian, ilmu teknik, ilmu kedokteran dan sebagainnya.
Kedua macam ilmu pengetahuan ini saling melengkapi, jadi walaupun dibedakan tetap tidak boleh dipisahkan. Kebanyakan ilmu pengetahuan mempunyai bagian teoritis disamping bagian praktis, sehingga sering sulit diterapkan dimana suatu ilmu harus dimasukkan dalam pembagian ini, ilmu teoritis, biasannya dapat berdiri sendiri terlepas dari ilmu praktis, akan tetapi ilmu praktis selalu mempunyai dasar yang teoritis.
Sedangkan  klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Obyeknya (terutama obyek formalnya atau sudut pandangnya) adalah:
1)  Universal/umum
Universal/umum Meliputi keseluruhan yang ada, seluruh hidup manusia, misalnnya: teologi/agama/ilmu kalam dan filsafat.
Sub disiplin teologi/agama/ilmu kalam: sejarah kalam/tauhid, aliran-aliran ilmu kalam, perbandingan aliran-aliran ilmu kalam. 
Sub disiplin filsafat: sejarah filsafat, konsepsi kebutuhan, konsepsi alam, konsepsi manusia, politik, akhlak, mantiq, logika.


2) Khusus
Khusus hanya mengenai salah satu lapangan tertentu dan kehidupan manusia,  jadi obyeknya terbatas, hanya ini saja atau itu saja. Inilah yang biasannya disebut” ilmu pengetahuan”.
Klasifikasi tersebut diperinci lagi atas:
a. Ilmu-ilmu alam (natural scienses)
Ilmu yang mempelajari barang-barang menurut keadaanya di alam kodrat saja, terlepas dari pengaruh manusia dan mencari hukum-hukum yang mengatur apa yang terjadi di dalam alam, jadi terperinci lagi menurut obyeknya. Termasuk di dalamnya adalah: ilmu alam, ilmu fisika, ilmu kimia, ilmu hayat dan sebagainya.
b. Ilmu pasti (mathematics)
Ilmu yang memandang barang-barang, terlepas dari isinya hanya menurut besarnya. Jadi mengadakan abstraksi barang-barang itu. Ilmunya dijabarkan secara logis berpangkal pada beberapa asas-asas dasar (axioma). Termasuk di dalamnya adalah: ilmu pasti, ilmu ukur, ilmu hitung, ilmu al jabar dan sebagainya.
c. Ilmu-ilmu kerohanian / kebudayaan (geisteswisssen-schaften/social-sciences)
Ilmu yang mempelahari hal-hal dimana jiwa manusia memegang peranan yang menentukan. Yang dipandang bukan barang-barang seperti di alam dunia, terlepas dari manusia, melainkan justru sekadar mengalami pengaruh dari manusia. Termasuk misalnya: ilmu sejarah, ilmu mendidik, ilmu hukum, ilmu ekonomi, ilmu sosiologi, ilmu bahasa dan sebagainya.
Ketiga macam ilmu pengetahuan ini berhubungan satu sama lain dan saling mempengaruhi dan melengkapi. Tidak bisa terpisahkan antara satu dengan lainnya.


KESIMPULAN
A. PENGERTIAN ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN
    Dari urain pembahasan pada Bab II penulis menyimpulkan bahwa:
Islam merupakan satu-satunya agama yang ada di dunia yang sangat empatik dalam mendorong umatnya untuk menuntut disiplin ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum. 
Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapat dari membaca ayat-ayat qouliyah Alloh swt. berupa Al-Quran dan sabda-sabda Nabiyulloh Muhammad saw berupa Al Hadits dan ayat kauniyah yang terbentang dalam alam semesta ini

B. KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN (MENURUT SUBYEK DAN OBYEKNYA)
    Ulama dan Filosof terkenal telah mengklasifikasikan ilmu pengetahuan dari berbagai macam bidang disiplin ilmu yang berbeda-beda. Namun penulis lebih spesifik membahas klasifikasi ilmu pengetahuan menurut subyek dan obyeknya pada Bab II diatas. Selanjutnya penulis menyimpulkan, bahwa: Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut subyeknya yaitu; teoritis dan praktis. Sedangkan menurut obyeknya adalah universal/umum dan khusus.
Klasifikasi Ilmu Pengetahuan menurut subyeknya ada dua yaitu:
1. Teoritis (sistematis), yaitu memberikan pemikiran-pemikiran secara tersusun dan lengkap tentang masalah-masalah ilmu pengetahuan. Ilmu sistematis ini akan membahas semua permasalahan pokok dalam ilmu secara universal, abstrak dan objektif (pendapat langeveld). Macamnya ada dua: 
a. Nomotetis berpandangan bahwa dengan menekankan pentingnya riset berprotokol dan sistematika yang baik untuk menganalisa hubungan dan keunikan antar elemen. Menggunakan tes kuantitatif seperti survey dan tes kepribadian.Misalnya adalah ilmu alam (Natural Wissenschaft), ilmu kimia, sosiologi, ilmu hayat, ilmu alam, ilmu mineral, ilmu hewan, ilmu tumbuhan dan sebagianya.
b.  Ideografis (ide: cita-cita, grafis: lukisan); ilmu yang mempelajari obyeknya dalam kongkrit menurut tempat dan waktu tertentu, dengan sifat-sifatnya yang menyendiri (unik). Misalnya ilmu sejarah, etnografi (ilmu bangsa-bangsa), sosiologi dan sebagainya.
2. Praktis (applied science/ ilmu terapan): Ilmu terapan adalah penerapan pengetahuan dari satu atau lebih bidang-bidang: matematika, fisika atau ilmu alam, ilmu kimia atau ilmu biologi untuk penyelesaian masalah praktis yang langsung memengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Bagian-bagian dari ilmu praktis, yaitu :
a. Normatif, ilmu yang memesankan bagaimanakah kita harus berbuat, membebankan kewajiban-kewajiban dan larangan-larangan misalnya: etika (filsafat kesusilaan/filsafat moral), filsafat agama, ilmu jiwa agama dan sebagainya.
b. Positif, (applied dalam arti sempit) yaitu ilmuyang mengatakan bagaimanakah orang harus berbuat sesuatu , mencapai hasil tertentu. Misalnya adalah ilmu pertanian, ilmu teknik, ilmu kedokteran dan sebagainnya.
    Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Obyeknya (terutama obyek formalnya atau sudut pandangnya) adalah:
1)  Universal/umum, meliputi keseluruhan yang ada, seluruh hidup manusia, misalnnya: teologi/agama/ilmu kalam (sejarah kalam/tauhid, aliran-aliran ilmu kalam, perbandingan aliran-aliran ilmu kalam) dan filsafat (sejarah filsafat, konsepsi kebutuhan, konsepsi alam, konsepsi manusia, politik, akhlak, mantiq, logika).
2)   Khusus, hanya mengenai salah satu lapangan tertentu dan kehidupan manusia,  jadi obyeknya terbatas, hanya ini saja atau itu saja. Inilah yang biasannya disebut” ilmu pengetahuan”.
Klasifikasi tersebut diperinci lagi atas:
a. Ilmu-ilmu alam (natural scienses): Ilmu yang mempelajari barang-barang menurut keadaanya di alam kodrat saja, terlepas dari pengaruh manusia dan mencari hukum-hukum yang mengatur apa yang terjadi di dalam alam, jadi terperinci lagi menurut obyeknya. Termasuk di dalamnya adalah: ilmu alam, ilmu fisika, ilmu kimia, ilmu hayat dan sebagainya.
b. Ilmu pasti (mathematics): Ilmu yang memandang barang-barang, terlepas dari isinya hanya menurut besarnya. Jadi mengadakan abstraksi barang-barang itu. Ilmunya dijabarkan secara logis berpangkal pada beberapa asas-asas dasar (axioma). Termasuk di dalamnya adalah: ilmu pasti, ilmu ukur, ilmu hitung, ilmu al jabar dan sebagainya.
c. Ilmu-ilmu kerohanian / kebudayaan (geisteswisssen-schaften/social-sciences: Ilmu yang mempelahari hal-hal dimana jiwa manusia memegang peranan yang menentukan. Yang dipandang bukan barang-barang seperti di alam dunia, terlepas dari manusia, melainkan justru sekadar mengalami pengaruh dari manusia. Misalnya: ilmu sejarah, ilmu mendidik, ilmu hukum, ilmu ekonomi, ilmu sosiologi, ilmu bahasa dan sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Al-Qur'an dan Hadits (Dirasah Islamiyah I), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1996), cet. ke-5
Ahmad Labib, 2012, https://ahmadlabib.wordpress.com 
Al-Qasimi, Buku Putih Ihya Ulumuddin Imāmām Al-Ghazālī. (Bekasi: Darul Falah, 2010)
CA. Qadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, Terjemahan dari Philosophy and science is the islamic world, oleh Hasan Basri , (Jakarta: Yayasan Obor, 1988).
Departemen Agama RI, Al-Qur'an-Qur”an dan terjemahnya (Bandung : CV Penerbit Diponegoro, 2003)
Elda Syeridan, al-Ghazālīs Method of Knowing: dalam skripsi Fakultas Ushuluddin program studi Filsafat Islam, (Ponorogo: ISID, 2008)
http://darulsalingsetia.blogspot.com
https://dalamislam.com
https://duniaislam.com 
https://id.wikipedia.org
https://anoyshoko.wordpress.com
Muclis, Makalah Filsafat Ilmu; Epistemologi, 2016
Muhammad fathurrohman, artikel, https://muhfathurrohman.wordpress.com
Muhbib Abdul Wahab, Artikel: Integrasi epistemologi Ilmu-ilmu dalam perspektif Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah UIN Syarif  Hidayatulloh Jakarta
Muslim Tawfiq, Al Hadhdhu ala al ilm fi al islam, (Tripoli: Mansyurot Jamiyyat Al Dawah al Islamiyah al Alamiyyah, 1991)
Soedewo P.K., Islam dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Darul kutubi Islamiyah, 2007)

Komentar

Postingan Populer