Tradisi dan Amaliyah NU
Tradisi dan Amaliyah NU
Oleh: Lilis Andarwati
Menjaga tradisi atau kebiasaan suatu organisasi merupakan kelaziman bagi warganya. Bahkan menghidupkan amaliyah/amalan-amalan di sebuah masyarakat juga suatu keharusan yang patut diistiqomahkan, apalagi yang namanya Nahdlotul Ulama, seakan-akan identik dengan tradisi dari para Kyai, nenek moyang jaman dahulu kala yang memegang teguh Ahlussunnah wal jama’ah. Diantara amaliyah NU sejak dahulu adalah tahlilan, yasinan, nariyahan, manakiban, ratiban, khotaman/khotmil qur’an, istighotsah, maulidan, diba’an dan al-barjanji. Walhamdulillh amaliyah tersebut masih banyak diistiqomahkan oleh warga NU di berbagai lapisan masyarakat. Baik di perkotaan maupun di pedesaan, kadangkala bertempat di pesantren, Musholla, Masjid adapula yang berkeliling dari rumah warga satu ke rumah warga lainnya.
Apa si sebenarnya ciri khas NU?. Apakah cukup dengan menjalankan amaliyah diatas?. Apakah seseorang yang suka pakai baju hijau-hijau di jam’iyyahnya seperti daun berjalan atau seperti karpet Musholla berjejer?. Saya kira belum ya, kenapa?. Karena menurut Rais Syuriah PBNU era Gus Dur, KH. Ahmad Shiddiq yang terpilih dalam Muktamar Situbondo 1984. Pada dasarnya NU mempunyai lima karakteristik yang logis dan agamis yakni istisyaroh, istikhoroh, istighotsah, istiqomah dan istifadah.
Istisyaroh merupakan musyawarah. Musyawaroh perlu diadakan untuk mencapai keputusan atau jawaban secara mufakat. Sebagai misal di pesantren, diadakannya bahtsul masail, syawir antar santri; misalanya sekali dalam satu pekan. Yang mana ada aturan dan tata cara bermusyawaroh melalui diskusi kecil yang dipimpin oleh satu santri. Sampai nanti pada akhirnya mendapatkan titik temu dari sebuah persoalan.
Istikhoroh sering kita sebut dengan pendekatan langit. Istikhoroh adalah upaya memohon kepada Alloh SWT agar memberikan pilihan terbaik kepada kita akan hal-hal yang memang kita punya hak untuk memilih antara mengerjakan atau meninggalkan. Karena dalam hadits Nabi SAW:
اذا احدكم بالأمر فليركع ركعتين ثم ليقل: أللهم . . . (رواه البخارى)
“Jika diantara kalian hendak melakukan perkara/urusan, maka rukuklah (sholatlah) dua rokaat: kemudian berdoa . . .”. (HR. Bukhori).
Oh iya, ingat. Sholat istikhoroh kita lakukan hanya dalam perkara wajib saja, jikalau yang kita hadapi itu perkara haram sudah pastinya kita tinggalkan. Tidak usah bimbang dan ragu langsung hentikan dan tinggalkan.
Istighotsah berasal dari bahasa arab الغوث yang artinya pertolongan. Dan dalam tata bahasa arab mengikuti pola istaf’ala menunjukkan arti permintaan atau permohonan. Maka istighotsah berarti “tholabul ghouts”= meminta pertolongan. Dalam surat Al-Anfal ayat 9:
إذ تستغيثون ربكم فاستجاب لكم
“(ingatlah wahai Muhammad), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu lalu Dia mengabulkan permohonanmu”.
Ayat ini menjelaskan peristiwa ketika Nabi Muhammad SAW, berada di tengah berkecamuknya perang Badar dimana kekuatan musuh tiga kali lipat lebih besar dari pasukan Islam. Kemudian Alloh SWT mengabulkan permohonan Nabi dengan memberi bantuan pasukan tambahan berupa seribu pasukan Malaikat.
Istiqomah dalam bahasa jawa “ajeg” dalam bahasa Indonesia “komitmen” sedangkan dalam bahasa inggris “consisten/continue”. Komitmen dalam dua hal yakni terhadap dua kalimat syahadat dan tauhid. Dalam NU sering di istiqomahkan Dzikir Laa ilaaha illalloh dan hatinya istiqomah niat baik atau shidqul qoshdi.
Istifadah yaitu terus menambah ilmu. Secara bahasa artinya meminta manfaat, nasehat dari Kyai, Guru yang bersanad keilmuwan sampai Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Jadi warga NU suka menerima nasehat dari para Kyai. Bukan malah menggurui atau mengejek Kyai. Itu dalam NU namanya su’ul adab nanti bakalan kuwalat iilmunya tidak bermanfaat.
Sekarang amalan-amalan yang sekaligus menjadi ciri khas warga NU harus tetap kita lestarikan. Kemarin, Selasa, 22 Januari 2019 di Trenggalek Jawa Timur, tepatnya di Stadion Minak Sopal Trenggalek Jl. Soekarno Hatta, Trenggalek telah mengadakan amalan istighotsah kubro yang dipimpin langsung oleh KH. Ma’ruf Amiin dan dihadiri oleh Kyai sepuh di daerah Mataraman, mulai dari Pengasuh Ponpes Lirboyo Kediri, KH. Anwar Manshur, Pengasuh Ponpes Al Falah Ploso, KH. Zainuddin Djazuli, Pengasuh Ponpes Al Amin Kediri, KH. Anwar Iskandar dan Tokoh-tokoh Agama di daerah Trenggalek serta dimeriahkan oleh Group Sholawat Ning Veve Zulfikar putri Qori’ Ternama Internasional Abah Zulfikar.
Acara cukup khidmah dihadiri oleh berbagai warga NU mulai dari anak-anak hingga orang tua, dari sekolah formal sampai non formal. Acara tersebut merupakan wujud nyata semangat kita dalam mengokohkan ke-Indonesia-an dan merupakan ikhtiar kita warga NU Trenggalek untuk meminta pertolongan kepada Alloh untuk Indonesia supaya terhindar dari hal-hal buruk yang kemungkinan terjadi di tahun politik tahun 2019 ini. Sebagaimana Rosululloh SAW waktu itu melakukan istighotsah pada waktu perang badar. Perang ini merupakan peperangan antar umat Islam yang beriman dengan kaum Kafir yang terjadi di Lembah Badar dan menjadi Perang Pertama yang dilakukan umat Muslim setelah hijrah ke Madinah. Peristiwa yang terjadi pada 17 Romadlan tahun ke 2 Hijriyah dipimpin langsung Rosululloh SAW. Mengetahui pergerakan umat Islam dari Madinah, Quraisy segera menyiapkan pasukan besar untuk perang. Mereka membawa 1300 pasukan. Dan membawa unta dalam jumlah besar. Sementara kaum Muslimin hanya berjumlah 314 orang. Akhirnya setelah melakukan istighotsah Rosululloh SAW bersama sekitar 300 Muslimin berhasil mengalahkan pasukan Musyrikin Mekkah yang berjumlah lebih dari 1000 orang. Diantara mereka yang tewas di medan Badar adalah Tokoh-tokoh Quraisy, seperti Abu Jahal, Uthbah bin Rabiah, Syaibah bin Rabiah, Umayyah bin Khalaf, Al-Ash bin Hsyam bin Al-Mughirah. Dari pihak kaum Muslimin, sebanyak 14 orang mati Syahid, 6 orang kaum Muhajirin dan 8 orang kaum Anshor. Kemenangan ini merupakan hadiah dari Alloh SWT atas kesabaran orang-orang yang beriman dalam memberantas kebatilan dan kemusyrikan.
Oleh sebab itu, kami warga NU di Trenggalek Jawa Timur juga wajib bertanggung jawab menjaga, memelihara dan menjamin kelangsungan hidup dan kejayaan aqidah Ahlussunnah wal jamaah ala NU dengan mengistiqomahkan dzikir dan istighotsah serta menjaga gerakan Islam Indonesia tetap sebagai agama Islam yang romatan lil alamiin dan menolak cara-cara kekerasan atas nama Islam serta berani menghentikan berita HOAX. Namun, akankah kami bisa bersabar atas semua kenyataan ini, sehingga kami akan memperoleh kemenangan indah dari Alloh SWT sebagai hadiah kesabaran kita ataukah sebaliknya. Wallohu a'lam bi ashowab.
Komentar
Posting Komentar
2000