14 hari Generasi Negeri Belajar Daring (Dalam Jaringan)

14 hari Generasi Negeri Belajar Daring
(Dalam Jaringan) 

Oleh: Lilis Andarwati, M.Pd.

Dunia dihebohkan oleh virus Covid 19, termasuk Indonesia. Banyak orang menyikapi hal ini dengan berbagai tindakan yang solutif. Mulai dari membungkam diri di rumah sampai membungkus diri ketika keluar rumah dengan alat pengaman anti debu sebagaimana pocong (maaf). Meliburkan kegiatan belajar mengajar di sekolah selama 14 hari. Kecuali santriwan santriwati di Pesantren yang atas intruksi pegurus Pesantren untuk sedapat mungkin mengisolasi segenap santri tetap berada di lingkungan Pesantren dan meminta kerja sama wali santri supaya upaya dhohiron ini berhasil demi keamanan dan kepatuhan terhadap pemerintahan Indonesia dalam menyikapi masalah ini.

Hal ini dilakukan oleh segenap warga Indonesia atas intruksi Presiden RI sampai pada Pejabat-pejabat Daerah pemilik kewenangan dalam menjalankan Pemerintahan NKRI demi tidak menyebarnya virus yang dianggap membahayakan ini. Meskipun ajal atau kematian itu pasti adanya dan sudah tercatat oleh Alloh SWT sejak dalam rahim Ibunda. Namun sebagai makhluk biasa wajib melakukan ikhtiar/usaha sekuat tenaga dengan tidak mengenyampingkan akan adanya Qodlo dan Qodar Ilahi Robbi. 

Dan Pemerintah mengintruksikan untuk ditiadakan sementara pembelajaran di dalam kelas. Mulai dari jenjang PAUD sampai Perguruan Tinggi. Pembelajaran tatap muka secara langsung antara Guru dan Siswa, Dosen dan Mahasiswa ditunda sementara selama 14 hari. Untuk solusi lain, Pemerintah mengharapkan dengan mengadakan pembelajaran Daring (Dalam Jaringan) maksudya yaitu pembelajaran dalam jaringan internet, pembelajaran secara online via dunia maya. Entah dilakukan dengan berbagai cara melalui media elektronik di era revolusi industri 4.0 ini. Bisa dengan media website, google form, K_hoot, WhatsApp atau lainnya sesuai dengan kompetensi Guru/Dosen yang dikuasainya demi terwujudnya kelancaran mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa/mahasiswanya yang tak terbatas ruang dan waktu. 

Terkadang kita bertanya. Mengapa harus libur tidak boleh bertatap muka langsung selama 14 hari?. Hal ini dijawab oleh Pakar Kesehatan. "Mengapa 14 hari dan untuk apa, maklum himbauan itu tanpa disertai penjelasan yg memadai. 14 hari itu sangat penting dan harus disertai tindakan kepatuhan.
14 hari itu mampu menghentikan laju penularan Covid-19.
14 hari itu mampu menyelamatkan ribuan orang.
Mengapa?
Penjelasannya demikian,
-Ketika seseorang kontak dgn apapun yg bisa menginfeksinya dgn Covid-19, maka harus ditunggu 14 hari minimal, jika tidak terjadi apa2, maka orang itu aman.
-Libur 14 hari untuk memotong rantai penularan, ini baru akan berhasil jika semua orang tetap tinggal di rumah masing2 selama 14 hari itu, kenapa?
Contoh, seorang anak mulai libur tgl 16 Maret selama 14 hari, dia akan masuk sekolah lagi pd hari ke-15. Ternyata anak ini dan keluarganya menggunakan waktu libur itu untuk jalan2, mengunjungi kumpulan orang, atau ketempat saudara, ke mall dll, seandainya dia jalan2 di hari ke 10 dan terlular Covid-19 di tempat yg ia kunjungi, mungkin pada hari ke 14/15 belum ada tanda2 dia sakit, tetapi dia sudah membawa Covid-19 di tubuhnya dan berpotensi menularkan, andai dia masuk sekolah pada hari ke 15 dst. Maka 14 hari libur sekolahnya itu, tidak ada gunanya, penularan terjadi juga di sekolah, efek domino akan berlangsung, rantai penularan tidak terputus.

Untuk itu, semua orang harus bekerjasama, semua warga Indonesia harus membantu, warga harus kompak, yaitu patuh untuk tidak kemana-mana dalam 14 hari itu kecuali untuk hal yang sangat perlu.
Waktu 14 hari itu, berguna untuk saling pantau, jika ada orang yg menunjukkan gejala2 menderita serangan Covid-19, bisa segera ditangani dan penularan stop hanya pada dia, karena dia tidak kontak dgn orang lain dalam 14 hari itu.
Jadi, mari kita mengisolasi diri, untuk diri sendiri dan orang lain,  mungkin pula dalam skala besar untuk umat manusia. Hal ini diharapkan supaya semua patuh dan pemerintah terbantu untuk stop penularan Covid-19, jika tidak, maka 14 hari libur itu percuma, 14 tahun pun tak bisa stop penularan. Begitu menurut kesehatan secara medis. 

Sebagian pihak kurang setuju terhadap kebijakan Pemerintah dalam menghentikan wabah virus COVID-19 ini. Mereka yaqin seyaqinnya atas Qodlo dan Qodar Alloh. Buktinya, masih saja mereka jalan-jalan seenaknya. Naik angkutan umum tanpa menggunakan masker. Tidak mencuci tangan setelah 15 menit dan masih banyak lagi pelanggaran yang dilakukan.

Sebenarnya untuk menyikapi masalah ini terutama sebagai ummat muslim yang beriman. Kita harus kembali kepada ajaran agama yaitu tetap menjaga kesucian diri dengan cara menjaga wudlu artinya berwudlu setelah kita batal, misalnya kentut, tertidur yang pantatnya tidak disandarkan ke lantai, bersentuhan/bersalaman dengan selain muhrimnya, menyentuh najis. Ditambah memperbanyak dzikir/mengingat Alloh. Memperbanyak ibadah mahdloh maupun ghoiru mahdloh. Senantiasa melibatkan Alloh dalam segala urusan kita. InsyaAlloh dengan ikhtiar ini virus apapun tidak berani menempel di kulit atau tidak berani masuk kedalam tubuh kita. Sekian sedikit saran dari tulisan ini. Semoga bermanfaat. Wanunazzilu minal qur'ani maa huwa syifaa ul lilmukminiin walaaa yaziidudzdzoolimiina illaa khosaaroo. Wallohu a'lam bi ashshowaab.Semoga kondisi dunia, kondisi Indonesia kita segera pulih. 

Komentar

Postingan Populer