Surat Buat Corona 19
Oleh: Lilis Andarwati
Bulan ini bulan februari dimana kata para pemuda pemudi adalah bulan kasih sayang. Eh tak tahunya semua bulan dalam satu tahun adalah bulan kasih sayang dimana semua orang berusaha saling mengasihi dan menyayangi satu sama lain. Tak lain untuk mendapatkan ridlo Tuhan YME.
Februari tahun 2021 adalah lengkap satu tahun yang lalu terdengar kabar Corona 19 yang sudah berkoloni di Negara Tetangga. Berita fakta disana sini saling bersahut-sahutan. Serasa saling melengkapi kekurangan info yang ada. Corona waktu itu 2019 masih jauh disana. Masih dianggap tidak akan datang kemari. Masih dianggap ragu keberadaannya. Masih dianggap mustahil perkembangbiakannya. Masih dianggap sebuah permainan pihak tertentu. Namun awal Februari ke awal Maret 2020 setiba Corona ke Jakarta Ibukota Indonesia Tercinta. Semua orang tercengang kaget, betapa cepatnya Kalian sampai Jakarta?. Betapa cepatnya perkembangbiakannya?. Betapa banyak kerugiannya?. Betapa luar biasa hebat pengaruhnya terhadap koloni masyarakat?.
Oh Corona satu tahun kurang beberapa hari saja engkau sudah tinggal di Indonesia. Sesungguhnya kamu sadar, semua orang sudah berusaha mengusirmu dari sini. Bahkan para Tokoh Agama, Ulama', santri memohon keselamatan darimu. Memohon sirnanya keberadaanmu disini. Bahkan sebagian dari orang yang meninggal dikira itu karena virusmu Corona. Tim Medis melindungi diri mereka dengan plastik kedap udara. Biar apa coba?. Iya biar tidak terkontaminasi dengan virusmu Corona.
Oh Corona sesungguhnya keberadaanmu itu tak kasat mata, tak bisa diraba. Maaf...entah kadang aku menyebutmu syetan. Kadang juga aku menyebutmu Iblis. Kadang juga aku menyebutmu Malaikat.
Kenapa aku bisa menyebutmu semacam itu Corona?. Karena aku adalah manusia yang tak luput dari salah sangka. Manusia biasa yang berlumur dosa. Manusia yang hanya bisa menyimpulkan dari apa yang dilihat, dirasa dan didengar. Iya begitulah aku Corona.
Aku sebut engkau sebagai syetan karena sifatmu hampir seperti syetan yang berbentuk mini,benar sangat mini sebab aku tak dapat melihat kamu. Melarang orang bersalam-salaman, berjaga jarak, melarang bertamu, bersilaturrohiim. Itu semua kurang lebihnya adalah sifat syetan.
Aku sebut engkau laksana Iblis karena menggoda para pimpinan untuk berbuat tidak baik, merubah tatanan Negara, menghancurkan rencana manusia, mengubah tabiat manusia yang awalnya suka menyapa sekarang jadi tak suka menyapa dengan tetangga. Melarang adanya kerumunan, yasinan, tahlilan. Menjaga jarak 1 meter ketika sholat berjamaah padahal sebaiknya adalah dianjurkan merapatkan shof sholat. Orang meninggal dunia dipercayai karena kena virusmu Corona. Kini betapa bahagianya makhluk Tuhan yang bernama Iblis, melihat kita saling terpecah sementara.
Aku menyebutmu sebagai Malaikat kiriman Tuhan YME ke muka bumi ini. Malaikat terkenal dengan Makhluk yang tak punya nafsu yang keberadaanya membawa kebaikan. Tetapi jangan salah sangka kadang Malaikat-pun memberi kabar buruk. Malaikat pencabut nyawa, Malaikat penjaga kubur, Malaikat Pencatat amal, Malaikat Peniup Sangkakala di Waktu Hari Kiamat. Perlu diketahui, kabar buruk bagi siapa?. Kabar buruk bagi orang yang tipis imannya. Oh Corona bagiku kadang kau sebagai Malaikat Penolong yang dikirim Tuhan ke muka Bumi ini untuk orang-orang miskin yang tak mampu. Para Pemimpin yang Jujur dan adil telah menunaikan Kewajibannya yaitu menyisihkan sedikit dari dana Negara untuk mereka yang tak mampu. Memberikan bantuan kepada Para Pejuang tanpa tanda jasa dalam mendidik Putra Putri Bangsa, memberikan bantuan kepada Masyarakat yang terpapar Virusmu wahai Corona.Iya itung-itung diniati untuk penyucian harta Negara dari kekhilafan pemerintahan dahulu. Memberi kesempatan bagi Para Ibu Bapak untuk bekerja dari rumah sehingga bisa dekat dengan keluarganya. Jika kesempatan emas ini dipergunakan dengan sebaik-baiknya oleh kita yang mau berfikir dan bertindak positif maka ketenteramanlah, kesejahteraanlah yang kita peroleh.
Oh Corona maafkan aku yang kadang sangat benci padamu. Oh Corona kita adalah sama-sama makhluk Tuhan YME yang dikirim keberadaannya di muka bumi ini untuk berdekatan dengan manusia. Hidup bersanding dengan aku dengan kita. Bahkan terkadang aku lengah bahwa kamu ada disekitar aku. Namun aku yakinkan diriku tidak menyentuhmu dan dirimu tidak menyentuhku. Jika itu terjadi aku harap kamu segera pergi dariku. Oke lah tak apa kita hidup bersanding rukun sebagaimana hidup aku bersanding dengan syetan, jin, iblis, genderewo dan lainnya yang berbeda alam tapi satu dunia. Aku bersama mereka bisa tidak saling sentuh namun kadang mereka bisa singgah dihatiku, hatiku terasa dengki, iri, riya', pemarah dan berbagai penyakit hati lainnya. Tetapi menurut syari'at islam bisa dibersihkan dengan istighfar, beramal baik dan bertaubat. Iya begitulah Corona, sekarang aku bisa hidup berdampingan denganmu dengan baik dan tenteram tidak saling mengganggu. Biarkan aku melakukan kewajibanku dengan sebaik-baiknya dan aku biarkan kamu melakukan kewajibanmu dengan sebaik-baiknya.Kalau semisal tugas dari Tuhanmu sudah selesai kau kerjakan dari muka bumi ini, alangkah baiknya kamu pergi dari sini. Jika belum selesai, maka laksanakanlah dengan baik karena Tuhanmu.
Aku ucapkan terima kasih kepadamu Corona 19 karena telah memberikan banyak pelajaran hidup kepadaku pelajaran sepanjang satu tahun yang tak mungkin akan terlupakan olehku. Tak lupa juga aku bersyukur terhadap Tuhanku Semesta Alam yang telah menguatkan diriku, jasadku, hatiku dalam menjalani kehidupan ini laksana bernafas didalam botol kaca.
Demikian surat dariku Corona 19. Sekali lagi maafkan aku yang sempat membencimu karena ketakutanku dari kematian. Ternyata kematian bukanlah datang karenamu tapi sudah menjadi suratan takdir Ilahi kepada setiap makhluk hidup di muka bumi ini. Karenamu Corona 19 aku bisa menyadari betapa dekatnya kematian denganku. Salam damai sejahtera dariku Corona 19. Pulihlah Indonesiaku. Bangkitlah Trenggalekku.
Subhanallah hadirr
BalasHapusMasyaAlloh...tak lebih dari hobby...menulis surat..hehehe
Hapus