Toleransi tergerus?. Ini solusinya...!!!
Toleransi Tergerus?.
Ini Solusinya...!!!
Oleh: Lilis Andarwati
Guru Pelopor Moderasi Beragama
Teringat dari tontonan saya film pendek tentang moderasi beragama di salah satu channel youtube pemenang juara 1 lomba moderasi beragama. Ada 7 orang yang antri masuk lift kantor dari lantai 1 ke lantai 7. Terlihat rapi satu persatu masuk ruang lift. Hingga akhirnya orang ke 7 yang tua renta masuk. Dipencetlah tombol menuju lantai 7. Tetapi apa yang terjadi?. Diatas tombol lift tertuliskan: "Mohon maaf terlalu banyak orang kami tidak bisa bekerja". Otomatis lift tidak mau jalan terangkat ke atas. Artinya muatan orang terlalu banyak sehingga harus keluar salah sau dari mereka. Satu menit berlalu, 7 orang didalamnya saling pandang memandang, Tampilan baju dan gaya ke 7 orang tersebut berbeda-beda. Orang pertama bergaya direktur memakai pakaian berjas, orang kedua wanita setengah baya bergaya konglomerat kaya raya, orang ketiga gadis cacat bertongkat, orang keempat laki-laki bersandal dan berbaju hem, orang kelima perempuan berjilbab, orang keenam pemuda bergaya preman sambil nge-game di ruang lift, orang ketujuh orang yang sudah tua renta sekitar usia 70 tahunan. Dua menit berlalu. Masih dalam suasana menit pertama. Dari dua menit kejadian sepele yang saya ceritakan diatas. Sudah tentu kurang adanya sikap toleransi.
Ini menunjukkan bahwa toleransi sudah mulai tergerus di dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan dilingkup ruang lift yang sempit seperti itu belum juga muncul adanya toleransi, tepo seliro (bahasa jawa), tasamuh (bahasa arab) dari para penumpang lift. Ini bisa disebabkan oleh kebiasaan hidup yang egois dan bergaya glamour penuh fantasi yang tidak peduli tetangga atau teman, terlalu asyik dengan dunia sendiri seakan-akan tidak butuh orang lain. Atau mungkin dari minimnya pengetahuan tentang hidup sosial bermasyarakat. Atau mungkin juga kurang adanya rangsangan dari luar akan sifat kasih dan sayang sehingga mati akan rasa empati dan kasih sayang dalam dirinya. Dan yang terakhir mungkin karena sejak kecil usia sekolah tidak pernah membiasakan diri hidup toleransi terhadap sesama.
Dari beberapa kemungkinan penyebab diatas bisa disimpulkan bahwa realita tergerusnya toleransi saat ini memang ada nyatanya. Lalu bagaimana selanjutnya, apakah kita sebagai manusia sosial atau sebagai guru atau sebagai pegiat literasi atau orang tua atau Kyai Ibu Nyai hanya tinggal diam saja dengan adanya permasalahan tergerusnya toleransi ini?. Tentu tidak bukan?. Lalu bagaimana solusinya?.
Mari kita lanjutkan cerita dari 7 penumpang lift diatas. Ternyata tepat pada menit ke 2,5 orang ketiga yaitu gadis belia cacat yang bertongkatlah yang merelakan dirinya keluar dari ruang lift tersebut untuk mengurangi muatan beban didalamnya. Gadis belia tersebut senyum manis dan berpamitan kepada 6 orang yang berada didalamnya sambil menganggukkan kepala. Namun tidak ada satupun orang yang menggubrisnya. Potret keangkuhan dan kesombongan serta intoleransi lagi-lagi terkover didalam ruangan sempit itu. Gadis cacat bertongkatpun keluar. Akhirnya 1 detik kemudian lift berjalan ke atas.
Hal ini menyatakan bahwa hanya 1 dari 7 orang yang mau melakukan sikap toleransi terhadap sesama. Padahal toleransi merupakan salah satu indikator moderasi beragama sekaligus sebagai nilai islam wasathiyah yang harus ditanamkan dalam jiwa seseorang sebagai bekal hidup bermasyarakat dan bernegara.
Sebagai jawaban dari potret kecil kehidupan sosial diatas terkait dengan toleransi. Maka ada beberapa solusi yang dapat saya suguhkan:
1. Memberikan stimulus atau rangsangan rasa kasih dan sayang kepada anak sejak dini dengan cara mengajaknya berbicara, bermain dan belajar serta memenejemen emosinya.
2. Mengajarkan arti sebuah toleransi sikap tenggang rasa, sikap iba dan mengalah terhadap teman. Namun tetap diiringi dengan mengajarkan sikap tegas disiplin serta berpendirian melalui cerita nyata maupun khayalan atau dongeng.
Demikian yang bisa saya tulis dalam artikel ini. Atas kurang lebihnya saya mohon maaf. Semoga menginspirasi dan bermanfaat. Mari kita gugah kembali jiwa moderat dalam diri kita untuk Bangsa melalui kinerja kita sehari-hari. Salam moderasi.
ibu adalah wanita hebat dan wanita mulia .....
BalasHapusMasyaAlloh...
HapusIyyakana'budu waiyyaakanasta'iin..
Trima kash...🙏🙏🙏
Semangat bu lilis...
BalasHapusPenanaman toleransi sejak dini🤩
BalasHapus